Ads Top

Sejarah Kabupaten Purworejo, Jadi Ibu Kota Jawa Tengah Sebelum Semarang


Purworejo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang ternyata memiliki sejarah penting pada masa penjajahan. Purworejo adalah ibu kota Jawa Tengah sebelum Semarang. Kabupaten Purworejo mempunyai luas wilayah 1.034,81752 kilometer persegi yang dikelilingi oleh Kabupaten Kebumen di sebelah barat, Kabupaten Magelang dan Wonosobo di sebelah utara, Kabupaten Kulonprogo (DIY) di sebelah timur dan Samudera Hindia di sebelah Selatan.

 

Topografinya terdiri dari dataran di sebelah barat dan selatan serta perbukitan di sebelah timur dan utara. Letak topografi tersebut menjadi pertimbangan Kabupaten Purworejo sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah.

 

Nama Kabupaten Purworejo 

Menurut laman resmi Pemerintah Kabupaten Purworejo, tanggal 27 Februari 1831 menandai perubahan penting dalam sejarah Purworejo. Menurut catatan Babad Mataram dan Babad Kedung Kebo, Adipati Cokrojoyo yang saat itu menjabat penguasa Bengkelan mengumumkan perubahan nama daerahnya menjadi Purworejo.

 

Saat itu Adipati Cokrojoyo merasa belum puas dengan gelar kadipaten Brengkelan. Hal ini dikarenakan arti kata Brengkele yang mengungkapkan sifat argumentasi dan tidak dapat diberikan.

 

Akhirnya Adipati Cokrojoyo mengusulkan nama Purworejo yang berarti awal kemakmuran rakyat. Menurut situs resmi Kabupaten Purworejo, sejak dahulu kala Kawasan Kabupaten Purworejo populer dengan sebutan Kawasan Tanah Bagelen. Daerah lain di wilayah ini sangat dihormati karena mencatat tokoh-tokoh penting dalam sejarah. Salah satu tokoh Purworejo, Sunan Geseng, dikenal sebagai pendeta besar yang memperkenalkan Islam ke Jawa Selatan. Pangeran Bagelen juga menjadi pemimpin militer dalam terbentuknya kerajaan Islam Mataram, khususnya pada masa Panembahan Senapati. Pada abad ke-19, Pangeran Diponegoro pada masa Perang Diponegoro menjadikan daerah Bagelen, termasuk Purworejo, sebagai pusat peperangan. Pada masa ini, Tanah Bagelen menjadi pemukiman dan berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda, dengan kota Purworejo sebagai pusatnya. Purworejo sebagai ibu kotanya 

Puncak sejarah Purworejo terjadi setelah kampanye kemerdekaan Indonesia. Gubernur Jawa Tengah saat itu, KRT. M Wongsonegoro mengambil langkah berani dengan memindahkan ibu kota ke Purworejo antara tahun 1945 dan 1949.

 

Keputusan tersebut diambil karena saat itu Semarang masih dikuasai Belanda sehingga belum bisa dijadikan pusat pemerintahan. Pemilihan Kecamatan Bruno di Kabupaten Purworejo sebagai pusat pemerintahan sementara bukanlah suatu keputusan sembarangan.

 

Kemiringan tanah dan kawasan hutan di sekitarnya menjadikan kawasan pegunungan Purworejo dipilih sebagai ibu kota. Kawasan tersebut juga bagus sebagai tempat sulitnya mencari tempat persembunyian tentara Belanda.

 

Oleh karena itu, Pangeran Diponegoro pun menjadikan Purworejo sebagai tempat persembunyian bersama prajuritnya saat terjadi perang, jauh sebelum diambil keputusan untuk memindahkan ibu kota. Ketika situasi politik kembali membaik, pemerintah memutuskan untuk memindahkan ibu kota ke Semarang. Pada tahun 1950, melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950, Jawa Tengah ditetapkan sebagai provinsi Indonesia dan Semarang kembali menjadi ibu kotanya. Demikian informasi tentang sejarah Kabupaten Purworejo yang merupakan ibu kota Jawa Tengah sebelum Semarang. Mendalami sejarah ini, kita tidak hanya melihat transformasi wilayah tersebut, namun kita juga memahami bagaimana keberanian dan semangat Purworejo telah menjadi bagian yang tak terhapuskan dalam sejarah Indonesia.


Purworejo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang ternyata memiliki sejarah penting pada masa penjajahan. Purworejo adalah ibu kota Jawa Tengah sebelum Semarang. Kabupaten Purworejo mempunyai luas wilayah 1.034,81752 kilometer persegi yang dikelilingi oleh Kabupaten Kebumen di sebelah barat, Kabupaten Magelang dan Wonosobo di sebelah utara, Kabupaten Kulonprogo (DIY) di sebelah timur dan Samudera Hindia di sebelah Selatan.

 

Topografinya terdiri dari dataran di sebelah barat dan selatan serta perbukitan di sebelah timur dan utara. Letak topografi tersebut menjadi pertimbangan Kabupaten Purworejo sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah.

 

Nama Kabupaten Purworejo 

Menurut laman resmi Pemerintah Kabupaten Purworejo, tanggal 27 Februari 1831 menandai perubahan penting dalam sejarah Purworejo. Menurut catatan Babad Mataram dan Babad Kedung Kebo, Adipati Cokrojoyo yang saat itu menjabat penguasa Bengkelan mengumumkan perubahan nama daerahnya menjadi Purworejo.

 

Saat itu Adipati Cokrojoyo merasa belum puas dengan gelar kadipaten Brengkelan. Hal ini dikarenakan arti kata Brengkele yang mengungkapkan sifat argumentasi dan tidak dapat diberikan.

 

Akhirnya Adipati Cokrojoyo mengusulkan nama Purworejo yang berarti awal kemakmuran rakyat. Menurut situs resmi Kabupaten Purworejo, sejak dahulu kala Kawasan Kabupaten Purworejo populer dengan sebutan Kawasan Tanah Bagelen. Daerah lain di wilayah ini sangat dihormati karena mencatat tokoh-tokoh penting dalam sejarah. Salah satu tokoh Purworejo, Sunan Geseng, dikenal sebagai pendeta besar yang memperkenalkan Islam ke Jawa Selatan. Pangeran Bagelen juga menjadi pemimpin militer dalam terbentuknya kerajaan Islam Mataram, khususnya pada masa Panembahan Senapati. Pada abad ke-19, Pangeran Diponegoro pada masa Perang Diponegoro menjadikan daerah Bagelen, termasuk Purworejo, sebagai pusat peperangan. Pada masa ini, Tanah Bagelen menjadi pemukiman dan berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda, dengan kota Purworejo sebagai pusatnya. Purworejo sebagai ibu kotanya 

Puncak sejarah Purworejo terjadi setelah kampanye kemerdekaan Indonesia. Gubernur Jawa Tengah saat itu, KRT. M Wongsonegoro mengambil langkah berani dengan memindahkan ibu kota ke Purworejo antara tahun 1945 dan 1949.

 

Keputusan tersebut diambil karena saat itu Semarang masih dikuasai Belanda sehingga belum bisa dijadikan pusat pemerintahan. Pemilihan Kecamatan Bruno di Kabupaten Purworejo sebagai pusat pemerintahan sementara bukanlah suatu keputusan sembarangan.

 

Kemiringan tanah dan kawasan hutan di sekitarnya menjadikan kawasan pegunungan Purworejo dipilih sebagai ibu kota. Kawasan tersebut juga bagus sebagai tempat sulitnya mencari tempat persembunyian tentara Belanda.

 

Oleh karena itu, Pangeran Diponegoro pun menjadikan Purworejo sebagai tempat persembunyian bersama prajuritnya saat terjadi perang, jauh sebelum diambil keputusan untuk memindahkan ibu kota. Ketika situasi politik kembali membaik, pemerintah memutuskan untuk memindahkan ibu kota ke Semarang. Pada tahun 1950, melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950, Jawa Tengah ditetapkan sebagai provinsi Indonesia dan Semarang kembali menjadi ibu kotanya. Demikian informasi tentang sejarah Kabupaten Purworejo yang merupakan ibu kota Jawa Tengah sebelum Semarang. Mendalami sejarah ini, kita tidak hanya melihat transformasi wilayah tersebut, namun kita juga memahami bagaimana keberanian dan semangat Purworejo telah menjadi bagian yang tak terhapuskan dalam sejarah Indonesia.

No comments:

Powered by Blogger.