Ads Top

Unik! Pasar di Kudus Ini Namanya Tokiyo Jepang, Begini Asal-usulnya


Pasar di Kabupaten Kudus diberi nama unik yaitu “Tokiyo” yang mirip dengan ibu kota Jepang, Tokyo. Jadi apa cerita ini? Pasar Tokiyo terletak di Desa Jepang, Kecamatan Mejobo. Lokasi pasar berada di pinggir jalan. Pantauan di situsnya, Kamis (12/7/2023), pasar udara sangat ramai.

 

Pengecer adalah toko co-living dan pusat perbelanjaan di pasar yang dibangun pada tahun 2021. Ratusan pelanggan berdagang setiap hari.

 

Sejarah Pasar Tokyo 

Wali Kota Jepang Indarto mengatakan, sebelumnya banyak pedagang Kali Lima (PKL) yang berjualan di jalan-jalan kota. Ada lebih dari seratus. Mereka berjualan setiap pagi. “Pasar Desa Jepang Tokiyo sebenarnya merupakan pengembangan dari pasar jalanan yang dibangun oleh pemerintah kota Jepang pada tahun 2004. Alhasil, awalnya banyak pedagang di ujung desa Jepang di selatan,” jelas Indarto saat ditemuinya. bertemu dia. di lokasi, Kamis (12/7/2023).

 

Selain itu, pemerintah Jepang juga memindahkan pedagang pemula dari tempat penampungan lalu lintas kota. Kemudian mereka dibawa ke daerah terlantar. Total, saat itu ada 146 PKL yang diterjunkan ke lapangan. “Setelah itu, pada tahun 2004, pemerintah setempat Jepang memindahkan para pedagang dari pelabuhan Jepang ke tempat ini. Saat dibuka pada tahun 2004, jumlah pedagangnya sebanyak 146 orang,” ujarnya. Indarto mengatakan, Pemkot mengusulkan pembangunan pasar di Pemkab Kudus pada tahun 2020 dan menyetujuinya. Timnya mendapat dana hibah dari pemerintah daerah sebesar Rp 2 miliar. Kemudian, negara menambah Rp1 miliar lebih. Rp 3,7 miliar dikeluarkan untuk membangun pasar kota. “Kedepannya di tahun 2020 ini akan ada 300 pelanggan, karena jumlah pelanggan semakin banyak, tidak mungkin kita membiarkan hal ini terjadi, dalam situasi yang semrawut, banyak pelanggan yang tinggal di lahan yang sebenarnya bukan untuk mereka. Jadi pada tahun 2021 kita akan membangun pasar kota yang bersih dan mengelola uang yang masuk ke kota,” jelas Indarto.

 

Indarto melanjutkan, “Kami mendapat hibah dua tahun sebesar Rp 2 miliar, anggaran tersebut kami tambahkan ke pendanaan awal kota untuk melakukan pembangunan, dan hingga saat ini pasar telah mengeluarkan dana sebesar Rp 3,7 miliar,” lanjut Indarto. Nama Tokyo 

Soal namanya, Indarto mengatakan mirip dengan nama ibu kota Jepang sekaligus pusat perekonomian Jepang, Tokyo. Satu-satunya yang tertulis di pasaran ada tulisan "Tokiyo". Menurutnya, hal itu untuk mengetahui pasar Jepang dengan baik. Faktanya, orang-orang yang tinggal di luar terhubung dengan masyarakat Jepang. “Negara kita Jepang, dan itu pasarnya Jepang. Kami ingin menciptakan brand yang mudah diingat orang. Kami berusaha mencari nama yang hampir terkenal di luar negeri. Indarto menambahkan, pemerintah kota berencana menempatkan perumahan di Pasar Tokyo. Rencananya pada tahun 2024, pemerintah Jepang akan meluncurkannya. "Proses konstruksi belum selesai, tolong doakan sehingga kami akan merencanakan nanti tahun ini agar kami konkret, Tuhan ingin, pada awal 2024, kami akan meresmikannya dan meluncurkannya terkait dengan pengurangan elektronik dan penyewaan online," dia berkata.

 

Indarto menambahkan bahwa pasar Tokiyo itu sendiri berada di area 6 ribu meter persegi. Pasar Tokyo dapat menampung ratusan pelanggan. Pasar Tokyo sudah penuh pelanggan, sekitar 300 orang. Mereka menjual kebutuhan sehari-hari dan bahan makanan.

 

Sewa kios mulai dari Rp 2,5 juta per tahun, untuk pembayaran per meternya Rp 250.000 per tahun. “Kami targetkan Rp 600 juta per tahun,” jelasnya.

 

Salah satu pelanggan Kahono (57 tahun) mengaku bangga dengan pasar Tokyo. Karena namanya unik, mirip dengan ibu kota Jepang, Tokyo.

 

Kahono telah berdagang di pasar ini selama dua tahun. Dia menjual sayuran di pasar.

 

\"Waktu itu belum ada namanya, warga desa tahu tentang Pasar Setan karena menurut cerita dijual pada pagi hari, jualan subuh jam 7 pagi sudah selesai, sehingga dinamakan Pasar Setan, Pasar setannya kurang bagus. Tapi sekarang sudah ada Pasar Tokiyo di kota Jepang, untuk menarik pembeli,” kata Kahono saat ditemui di sana.


Pasar di Kabupaten Kudus diberi nama unik yaitu “Tokiyo” yang mirip dengan ibu kota Jepang, Tokyo. Jadi apa cerita ini? Pasar Tokiyo terletak di Desa Jepang, Kecamatan Mejobo. Lokasi pasar berada di pinggir jalan. Pantauan di situsnya, Kamis (12/7/2023), pasar udara sangat ramai.

 

Pengecer adalah toko co-living dan pusat perbelanjaan di pasar yang dibangun pada tahun 2021. Ratusan pelanggan berdagang setiap hari.

 

Sejarah Pasar Tokyo 

Wali Kota Jepang Indarto mengatakan, sebelumnya banyak pedagang Kali Lima (PKL) yang berjualan di jalan-jalan kota. Ada lebih dari seratus. Mereka berjualan setiap pagi. “Pasar Desa Jepang Tokiyo sebenarnya merupakan pengembangan dari pasar jalanan yang dibangun oleh pemerintah kota Jepang pada tahun 2004. Alhasil, awalnya banyak pedagang di ujung desa Jepang di selatan,” jelas Indarto saat ditemuinya. bertemu dia. di lokasi, Kamis (12/7/2023).

 

Selain itu, pemerintah Jepang juga memindahkan pedagang pemula dari tempat penampungan lalu lintas kota. Kemudian mereka dibawa ke daerah terlantar. Total, saat itu ada 146 PKL yang diterjunkan ke lapangan. “Setelah itu, pada tahun 2004, pemerintah setempat Jepang memindahkan para pedagang dari pelabuhan Jepang ke tempat ini. Saat dibuka pada tahun 2004, jumlah pedagangnya sebanyak 146 orang,” ujarnya. Indarto mengatakan, Pemkot mengusulkan pembangunan pasar di Pemkab Kudus pada tahun 2020 dan menyetujuinya. Timnya mendapat dana hibah dari pemerintah daerah sebesar Rp 2 miliar. Kemudian, negara menambah Rp1 miliar lebih. Rp 3,7 miliar dikeluarkan untuk membangun pasar kota. “Kedepannya di tahun 2020 ini akan ada 300 pelanggan, karena jumlah pelanggan semakin banyak, tidak mungkin kita membiarkan hal ini terjadi, dalam situasi yang semrawut, banyak pelanggan yang tinggal di lahan yang sebenarnya bukan untuk mereka. Jadi pada tahun 2021 kita akan membangun pasar kota yang bersih dan mengelola uang yang masuk ke kota,” jelas Indarto.

 

Indarto melanjutkan, “Kami mendapat hibah dua tahun sebesar Rp 2 miliar, anggaran tersebut kami tambahkan ke pendanaan awal kota untuk melakukan pembangunan, dan hingga saat ini pasar telah mengeluarkan dana sebesar Rp 3,7 miliar,” lanjut Indarto. Nama Tokyo 

Soal namanya, Indarto mengatakan mirip dengan nama ibu kota Jepang sekaligus pusat perekonomian Jepang, Tokyo. Satu-satunya yang tertulis di pasaran ada tulisan "Tokiyo". Menurutnya, hal itu untuk mengetahui pasar Jepang dengan baik. Faktanya, orang-orang yang tinggal di luar terhubung dengan masyarakat Jepang. “Negara kita Jepang, dan itu pasarnya Jepang. Kami ingin menciptakan brand yang mudah diingat orang. Kami berusaha mencari nama yang hampir terkenal di luar negeri. Indarto menambahkan, pemerintah kota berencana menempatkan perumahan di Pasar Tokyo. Rencananya pada tahun 2024, pemerintah Jepang akan meluncurkannya. "Proses konstruksi belum selesai, tolong doakan sehingga kami akan merencanakan nanti tahun ini agar kami konkret, Tuhan ingin, pada awal 2024, kami akan meresmikannya dan meluncurkannya terkait dengan pengurangan elektronik dan penyewaan online," dia berkata.

 

Indarto menambahkan bahwa pasar Tokiyo itu sendiri berada di area 6 ribu meter persegi. Pasar Tokyo dapat menampung ratusan pelanggan. Pasar Tokyo sudah penuh pelanggan, sekitar 300 orang. Mereka menjual kebutuhan sehari-hari dan bahan makanan.

 

Sewa kios mulai dari Rp 2,5 juta per tahun, untuk pembayaran per meternya Rp 250.000 per tahun. “Kami targetkan Rp 600 juta per tahun,” jelasnya.

 

Salah satu pelanggan Kahono (57 tahun) mengaku bangga dengan pasar Tokyo. Karena namanya unik, mirip dengan ibu kota Jepang, Tokyo.

 

Kahono telah berdagang di pasar ini selama dua tahun. Dia menjual sayuran di pasar.

 

\"Waktu itu belum ada namanya, warga desa tahu tentang Pasar Setan karena menurut cerita dijual pada pagi hari, jualan subuh jam 7 pagi sudah selesai, sehingga dinamakan Pasar Setan, Pasar setannya kurang bagus. Tapi sekarang sudah ada Pasar Tokiyo di kota Jepang, untuk menarik pembeli,” kata Kahono saat ditemui di sana.

No comments:

Powered by Blogger.