Tabloid 'Indonesia Maju' Beredar di Pasar Magelang
Tabloid “Indonesia Maju” didistribusikan di Pasar Rejowinangun dan Gotong Royong di Kota Magelang. Tabloid bergambar foto Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di halaman depan itu dibagikan banyak orang kepada pelanggannya. Salah satu pedagang di Pasar Rejowinangun, Anton Wijaya (29), mengatakan, pendistribusian tabloid tersebut terjadi sekitar pukul 09.00 WIB. Dia setuju untuk menerima dua tabloid. “Iya pedagangnya semua. Dulunya ada becak (pendayung), parkir, semua ada. (Yang dibagikan) Cuma itu, ada tabloid (Indonesia Maju), saya dapat itu,” kata Anton kepada wartawan di Pasar Rejowinangun, Selasa (12/5/2023).
Ia melihat ada lima orang yang menyebarkan tabloid. Mereka hanya membagikan tabloid dan tidak meninggalkan informasi apapun.
“Bagikan saja. (Artinya) Maklum, seperti kampanye. Saya melihatnya di sini,” katanya. Pelanggan lainnya, Sumadi (63), mengaku mengetahui ada dua orang yang datang untuk menyebarkan tabloid.
“Dua orang datang ke sini. Bagikan, tidak ada pesan, kata Sumadi.
Gerindra menyetujuinya
Terkait dengan beredarnya tabloid “Indonesia Maju”, Ketua DPC Partai Gerindra Kota Magelang Mr. Hasan Suryo Yudho mengatakan, pendistribusiannya dilakukan oleh relawan. “Iya relawan, bukan (DPC). Kami mendapat informasi dari masyarakat (pendistribusian), relawan punya jalurnya sendiri,” kata Hasan. Bawaslu turun tangan
Ditemui terpisah, Ketua Bawaslu Kota Magelang Maludin Taufiq mengatakan, sekitar pukul 07.30 WIB, Camat memberitahu dirinya bahwa ada sekelompok orang yang menyebarkan tabloid di Pasar Rejowinangun.
“Terus saya ke Pasar Rejowinangun, ternyata dia pindah ke pasar sosial. Di Pasar Gotong Royong itulah saya bertemu dengan si penanggung jawab. Menurut mereka, penanggung jawab ya, nggak tahu penanggung jawab yang asli yang mana, kalau saya tanya penanggung jawab siapa, menunjuk salah orang,\" kata Taufiq. Timnya kemudian menjelaskan, terkait hal tersebut sebaiknya lapor dulu ke polisi. Sementara Bawaslu dan KPU menyalin surat pemberitahuan tersebut. Mereka mengira mereka adalah sukarelawan. Mereka pura-pura jadi relawan, mereka menyebut dirinya relawan Alap-Alap Jokowi,” ujarnya. Mereka menyebarkan tabloid tersebut, tentu saja menyebar hingga memasuki pasar (gang) tepat di depan pasar dan terlihat setelah sekitar 15 menit, ia berpindah. Oleh karena itu tidak memakan waktu, kemudian tidak perlu memanggil orang, mereka tidak ada. Ia menjelaskan: “Yang dilakukan hanyalah menyampaikan pesan.
“Kami akan terus menepati (menyelidikinya) agar tidak terjadi hal-hal negatif selama proyek ini berlangsung. Kami telah mengambil beberapa keputusan, akhirnya kami ingin meninggalkan pasar. “Sekitar jam 9 pagi, kami meninggalkan Kota Magelang,” ujarnya. Saat membagikan tabloid tersebut, lanjutnya, para relawan berkeliling menggunakan kendaraan non-Magelang.
“Kalau plat (mobil) tidak ada di kota. “Dulu ada yang B, ada yang R,” ujarnya.
Menurutnya, setelah tabloid ini terbit, Bawaslu Kota Magelang akan melakukan pembahasan terkait pengelolaan daerah. Timnya akan menyelidiki apakah yang terjadi seperti kampanye.
“Dari segi organisasi tidak tepat, artinya tidak sesuai di luar kerangka regulasi (penyebaran tabloid). Bagaimanapun, permasalahan seperti ini tampaknya perlu diatasi. Namun meski kecil, hal itu memungkinkan Bawaslu untuk terus berkampanye. Apapun prosesnya, tetap disebut kampanye dan yang namanya kampanye harus ada aturan administratif yang harus dipatuhi. Taufiq berkata, “Pemerintahan ini tidak dihormati, jadi kami mengambil langkah lain, dengan cara yang lebih lembut, dengan melakukan penggusuran. "Ya kita punya (simpan) beberapa tabloid, nggak banyak. Itu hanya bukti kalau itu yang tersebar," tutupnya.